Kamis, 19 Maret 2015

Biografi Imam Malik

BAB I
PENDAHULUAN

A.            PENDAHULUAN
1.        LATAR BELAKANG
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam islam terdapat barbagai mazhab yang dijadikan pegangan bagi setiap muslim dalam menjalankan ibadahnya.Mazhab-mazhab tersebut berkembang di seluruh pelosok di bumi ini dan mempunyai pengikut yang banyak dan dari bebagai kalangan.Begitu juga di Indonesia,kita telah mengenal mazhab-mazhab tersebut,meski hanya pengetahuan dasar tentang mazhab,imam dan penyebarnya di Indonesia.
       Akan tetapi banyak juga di antara kita yang belum mengetahui meskipun hanya pengetahuan dasar tentang mereka.Sebagian besar masyarakat kita minim pengetahuan mengenai hal ini.Padahal dari mazhab-mazhab inilah kita kebanyakan menjadikannya pegangan dalam masalah fiqhi,sedang islam tidak terlepas dari fiqhi,artinya islam dan mazhab adalah sesuatu yang saling berkaitan erat dan saling menguatkan
Namun tidaklah lengkap kiranya jika kita hanya mengetahuifiqhi mazhab mereka tanpa mengetahui siapa dan bagaimanakah mereka itu hingga menjadi sebuah hal yang menjadi wajib bagi kita khususnya kita yang bergelut dalam masalah pendidikan islam,sehingga bisa dikatakan mengetahui mazhab,imam dan segala yang berkaitan dengannya adalah suatu kewajiban yang harus di tunaikan.
         Oleh karena itu kami menyusun makalah ini semampu kami untuk sekedar berbagi pengetahuan mengenai salah satu imam mazhab yang telah kita kenal bersama yaitu Imam Malik,terkait dengan imam yang lain akan di bahas oleh  kelompok lain.

2.      RUMUSAN MASALAH
a.       Sipakah imam malik itu?
b.      bagaimana proses munculnya mazhab maliki?
c.       bagaimanakah metode atau cara-cara imam Malik dalam menetapkan suatu hukum dalam islam?





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Biografi Malik Ibn Anas
1.      Riwayat Malik Ibn Anas
Imam Malik adalah imam yang kedua dari imam-imam empat serangkaidalam islam dari segi umur. Beliau dilahirkan di kota Madinah, suatu daerah di Negeri Hijjaz tahun 93 H/12 M, dan wafat pada hari Ahaad, 10 Rabi’ul Awal 179 H / 798 M di Madinah pada masa pemerintahan Abbasiyah di bawah kekuasaan Harun Ar-Rasyid. Nama lengkapnya ialah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abu ‘Amir ibn al-Harits[1]. Ada riwayat yang mengatakan Imam Malik berada di dalam kandugan selama dua tahun, ada pula yang mengatakan selama tiga tahun.
Ketika dewasa, Imam Malik memiliki tubuh yang tinggi nan gagah dengan postur cenderung gemuk, lengkap dengan ciri kepala yang botak, bahu lebar, kulit putih, mata biru, serta jenggot yang lebat dan melebar. Sengaja beliau biarkan bagian pinggir kumis sehingga tampak tebal akibat tidak ditipiskan. Rambut yang tersisa bahkan sama sekali tidak diinai. Mengenai hal ini, sang Imam berpegang pada riwayat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu yang juga sama sekali tidak memakai inai[2]. Sebagai seorang ulama,Imam Malik berpakaian bersih, rapi dan necis untuk menjaga wibawa seorang ulama. Beliau tidak suka seorang pencari ilmu berpakaian compang-camping demi kezuhudan.
Imam Malik yang lahir di Madinah yang merupakan salah satu kota suci sekaligus pusat keilmuan yang tentunya mempengaruhi perkembangan sang Imam. Sang Imam kecil pun telah hafal Al-Qur’an dan kemudian menghafal hadits. Imam Malik sangat menghargai ilmu, ketika hendak menghafal hadis, beliau selalu berwudhu’ dan duduk. Beliau tidak suka dalam mengajarkan hadits dalam keadaan berdiri dan belum bersuci.
Imam Malik berguru kepada Ibn Hurmuz, salah seorang tabi’in. Guru besar kali ini memiliki nama ali Abdurrahman bin Hurmuz Al-A’raf Abu Daud Al-Madany. Ia dahulu adalah budak yang dimerdekakan oleh Rabi’ah bin Al-Harits bin Abdul Mutthalib. Setelah dimerdekakan, sang Guru banyak belajar dan meriwayatkan dari para sahabat seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, Abu Said Al-Khudry, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan masih banyak lagi. [3]Kemudian beliau belajar fiqh kepada salah seorang ulama besar kota Madinah, yang bernama Rabi’ah al-Ra’yi (wafat tahun 136 H). Selanjutnya Imam Malik belajar ilmu hadits kepada Imam Nafi’ Maulana ibn Umar (wafat pada tahun 117 H), juga belajar kepada Imam ibn Syihab Al-Zuhry. Menurut riwayat yang dinukil Moenawar Cholil, bahwa di antara para guru Imam Malik yang utama itu tidak kurang dari 700 orang. Di antara sekian banyak gurunya itu, terdapat 300 orang yang yang tergolong ulama tani’in.
2.      Karya-Karya Malik Ibn Anas
Di antara karya-karya Imam Malik adalah kitab al-Muwaththa’. Kitab tersebut ditulis tahun 144 H. Atas anjuran khalifah Ja’far al-Manshur. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Abu Bakar al-Abhary, atsar Rasulullah SAW. sahabat dan tabi’in yang tercantum dalam kitab al-muwaththa’ sejumlah 2.720 buah. Pendapat Imam Malik ibn Anas dpat sampai kepada kita melalui dua buah kitab, yaitu al-Muwaththa’ dan al-Mudawwanah al-Kubra[4].
Hadists-hadits yang terdapat dalam al-Muwaththa’ ada yang bersanad lengkap, ada pula yang mursal, ada pula yang muttashil dan ada pula yang munqathi’, bahkan ada yang disebut balaghat yaitu suatu sanad yang tidak menyebutkan dari siapa Imam Malik menerima hadits tersebut. tegasnya yang dimaksud dengan istilah balaghat itu adalah hadits yang memuat kata-kata Imam Malik yang berbunyi, “balaghani” atau sebangsanya yang artinya “telah sampai kepada saya”[5].
Kitab al-Mudawwanah al-Kubra merupakan risalah yang memuat tidak kurang dari 1.036 masalah fatwa Imam Malik yang dikumpulkan Asad ibn al-Furat al-Naisabury yang berasal dari Tunis[6]. Risalah yang pernah ditulis Imam Malik, [7]Risalah fi Al-Qadar, risalah fi An-Nujum wa Manazili Al-Qamar, risalah fi Al-Aqdliyyah, risalah ila Abi GhassanMuhammad bin Mutharrif, risalah ila Al-Laitsbin Sa’d fi ijma’i ahli Al-Madinah, risalah Juz’un fi At-Tafsir, risalah Kitabu As-Sirr dan risalatu ila Ar-Rasyid.
3.      Murid-Murid Malik Ibn Anas
a.      Abdulash bin Wahab (125 H-197 H)
Semasa hidup, ia telah menghasilkan lebih dari 30 judul buku. Tatkala Imam Malik meninggal, ia rujukan pertama untuk mempelajari Mazhab Malik. Imam Malik pun diriwayatkan sangat mencintai, menghormati, dan memuliakannya. Ibn Wahab banyak menyebarkan mazhab Imam Malik dikalangan penduduk Mesir[8].
b.      Abdurrahman Ibn Al-Qasim (128 H-191 H)
Ibn Al-Qasim memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Mazhab Malik, terutama dalam hal penyusunan buku sekaligus penyebarannya. Kedudukannya dalam Mazhab Malik mirip dengan Abu Yusuf dan Muhammad bin Al-Hasan dalam Mazhab Abu Hanifah[9].
c.       Asyhab Ibn Abdul Aziz Ibn Al-Qaisy Al-Amiry (140 H-204 H)
Ia menjadi salah-satu murid  Imam Malik yang meriwayatkan Fikih sang Imam[10]. Salah satu karyanya adalah Kutub Al-Asyhab atau Mudawwanah Asyhab.
d.      Asad Ibn Al-Furat Ibn As-Sinan (145 H-213 H)
Ia tumbuh sebagai anak yang pada usia dini telah hafal Al-Qur’an dan memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Menginjak usia remaja, Asad meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke Madinah dan belajar kepada Imam Malik, khususnya mengenai Al-Muwaththa dan Fikih. Setelah merasa cukup, ia hijrah ke Baghdad dan belajar Fikih kepada Abu Yusuf yang sebelumnya pernah belajar Al-Muwaththa kepada sang Imam. Hasilnya, Asad berhasil menggabungkan Fikih Atsar dan Fikih Ra’yi[11].
e.       Abdul Malik Ibn Al-Majisyun
Putra dari Abdul Aziz bin Al-Majisyun ini sesungguhnya adalah kawan sang Imam yang menurut sebuah riwayat pernah menulis Al-Muwaththa sebelum Imam Malik[12].
f.       Abdullah Ibn Abdul Hakam Ibn A’yun
g.      Abdul Salam Ibn Said Sahnun At-Tanukhy Al-Araby
h.      Abdul Malil Ibn Habib
i.        Al-Ataby
j.        Muhammad Ibn Idris Asy-Syafi’i
k.       Syabthun
l.        Utsman Ibn Al-Ahkam
m.    Ashbagh Ibn Al-Faraj
n.      Ibrahim Ibn Salamah
4.      Pujian yang di sanjungkan kepadanya
a.       Al imam Muhammad idris asyafi’i
Apabila dating kepada mu dari imam malik, maka peganglah sungguh-sungguh dengan kedua tangan mu, karna dia menjadi alas an untuk mu.[13]
“apabila di sebut ulama ahli hadist maka imam malik lah bintang nya, maka tiada yang lebih kupercayai tentang hadist selain daripada imam malik”[14]
b.      Imam yahya bin mu’in
Imam malik adalah seorang raja bagi orang-orang yang beriman dan bagi orang-orang yang belajar ilmu hadist.beliau adalah seseorang yang tinggi ilmu hadist nya [15]
Dari kata-kata ini dapat kita yakini keilmuan imam malik dalam menetapkan hukum khususnya dalam ilmu hadist dan bnyak lagi ungkapan yang tidak bisa kami tulisakan di sini.

B.    KEKHASAN MAZHAB/ METODE ISTIMBAT HUKUM
Imam malik rahimahullah memiliki kehasan tersendiri dalam mengeluarkan pednpatnya dalam hukum islam. Berikut ini adalah motode yang di gunakan imam malik dalam mengistimbathkan hukum.
1.      Al kitab, as sunnah dan fatwa shohabi
Imam Malik dan imam Hanafi tidak membukukan dasar-dasar mazhabnya, akan tetapi biarpun imam Malik tidak menjelaskan dasar-dasar yang di pegangnya, imam Malik membukukan fatwa-fatwanya, masalah-masalahnya dan hadist-hadistnya dalam al muwatha’[16]
ketika kita tidak menemukan dasar-dasar pengambilan hukum imam Malik lantas kita akan merujuk kepada ulama Malikiyah. Usul fiqh mazhab maliki telah di terangkan oleh pengarang kitab al-madharik yaitu[17] :
pertama     :    al qur’an baik nashnya, dzahirnya dan mafhum nya[18]
kedua        :    as sunnah, baik masyurnya,, baik mutawatirnya,baik dzahirnya dan baik pula mafhumnya
ketiga        :    ijma’
keemmpat :    qias



2.      Al kitab
Malik memandang al qur’an sebagai pokok dari hukum islam dengan al qur’an kita mengetahui hukum allah dan as sunnah sebagai pentafsirnya makan selain harus mempelajari al qur’an kita juga di tuntut untuk mempelajari sunnah dan harus mengambil hukum dari keduanya
Imam malik dan ulama malikiyah membedakan nash dengan pengertian dhazhir nash
Nash menurut malikiyah ialah “apa yang tidak mungkin menerima ta’wil”[19]
Dan zhahir menurut malikiyah adalah “yang mungkin menerima ta’wil”[20]
Berbeda dengan syafi’I yang tidak mengatakana tentang perbedaan antara nash dan dzahir. Nash dan dzahir menurut syafi’I adalah satu [21].

3.      As-Sunnah
Imam malik di kenal sebagai seorang ahli hadist dan ahli dalam masalah fiqh ini terbukti dengan keberadaan kitab beliau yakni muwatta’
Imam malik membagi sunnah kepada tiga hukum yakni[22]
a.       Menguatkan hukum yang ada dalam al qur’an bukan mentaksiskan
Contohnya :
Berpuasalah sesudah melihat bulan dan berbukalah sesudah meilhat bulan
Hadist ini menguatkan ayat
Bulan ramadahn ialah bulan yang allah turunkan al qur’an
b.      Menerangkan apa yang di kehendaki al qur’an
Seperti hadist yang menerangkan makna dzulumun dalam ayat :

Dan orang-orang beriman tidak mencampurkan iman mereka dengan ke dzaliman
c.       Mendatangkan hukum baru yang tidak ada dalam al qur’an
Seperti memutuskan perkara dengan saksi dan sumpah apa bila tidak memiliki 2 orang saksi
Ibnu rusyd membagi sunnah menurut pandangan malik kepada 4 bagian yakni[23]
Pertama : sunnah yang tidak boleh tolak.orang yang menolaknya dihukum kafir
Kedua : sunnah yang diakui keshohihan nya dan pentakwilannya oleh ulama hadist
Ketiga : sunnah yang diharuskan kita meyakinkannya dan mengamalkan walaupun tidak di terima sebagian ahlul hadist
Keemmpat : sunnah yang harus diamalkan tanpa harus di yakini.
Imam malik menetapkan syarat-syarat perawi hadist yaitu[24] :  
1.      Harus orang yang adil
2.      Harus orang yang memiliki keseimbangan dalam akalnya, tidak menganut bid’ah yang pada masa itu di istilahkan dengan ahlul ahwa’atau ashabul firaq
3.      Harus dhabit hapalan nya
4.      Mempunyai pemahaman tentang apa yang di riwayatkan
Dalam berpegang kepada sunnah sebgaai dasar hukum imam malik mengikuti cara yang dilakukan dalam berpegang kepada al qur’an. Apabila di kehendaki adanya takwil maka yang menjadi pegangan adalah arti takwilnya tersebut.apabila terjadi petentangan antara nash dzahir dengan makna yang terkandung dalam sunnah.namun apa bila sunnah di kuatkan dengan ijma’ ahlul madinah maka beliau mengutamakan sunnah daripada makna dzahir al qur’an[25]
4.      Fatwa shohabi
Di dalam buku hasby ash siddieqy fatwa sahabat di letakkan setelah sunnah sedangkan khuzaimah tahido yanggo meletakannya pada urutan ke empat setelah ijma’ urutan ini nantinya akan menjadi perbedaan dalam hasil hukum yang di lahirkan

Imam malik seoang imam yang mempelajari fatwa-fatwa shabat dan mengumpulkannya serta menjadikannya sebagai dasar mazhab nya[26]. Sahabat yang dimaksud di sini adalah sahaba besar , yang berpengatahuan mereka terhadap sesuatu masalah itu di dasarkan kepada naqly, menurut imam malik sahabat besar tersebut tidak akan memberikan memberi fatwa , kecuali atas dasar apa yang di pahami nya dari rasulullah saw[27]
Dengan tegas imam malik mengharus mufti mengambil fatwa shohabat

Imam malik dan imam ahmad adalah dua imam yang sangat berpegang teguh dalam fatwa sahabat. walau pun dasar ini diambil oleh semua mujtahid namun dalam pengambilan nya berbeda. Ada yang hanya mengambil pendapat abu bakar dan umar saja, ada yang mengambil pendapat khulafa’ur rasyiddin. Rinkasnya semua mujtahid menghargai pendapat para sahabat.[28]

Perbedaan antara pemakaian fatwa sahabat antara imam syafi’i. abu hanifah dan imam malik . syafi’I berpendapat bahwa fatwa shabat boleh menjadi ketetapan hukum apabila mereka bersepakat dalam menetapkan sesuatu sebagai suatu ijma’. Apabila mereka berselisih imam syafi’I mengambil yang lebih dekat dengan sunnah[29]

Sedangkan abu hanifah menurut al barda’I mewajibkan kita bertaqlid kepada sahabat dan meninggalkan qias. Dalam hal ini imam syafi’I terkadang meninggalkan hadis ahad jika bertentangan dengan fatwa sahabat[30]
5.      Ijma’
Imam malik adalah imam yang sangat banyak menyandarkan pendapatnya pada ijma’. Sebagai mana sering di temui dalam muwathatha’ kalimat

“urusan yang telah diijma’I terhadapnya[31]
Al qaraki dalam tanqihul usul berkata
Ijma’ ialah persetujuan pendapat ahlul halli wal aqdi dari ummat ini terhadap suatu urusan dari urusan itu”[32]
Yang dimaksud dengan persetujuan ialah sama-sama mengeluarkan atau sama-sama mengerjakan sedangkan ahlul halli wal aqdi adalah para ahli atau mujtahid dalam bidang hukum syari’at[33]
Imam malik berpegang dengan ijma’ yang seperti ini yang sering beliau ungkapkan dalam muwathatha’

Sedangkan di buku yang lain ijma’ yang di pakai imam malik adalah ijma’ ahlul madinah.[34]
a.      Sandaran ijma’ atau sanadul ijma’
Para ulama bersepakat bahwa yang menjadi sandaran ijma’ adalah al qur’an, sunnah mutawatirah, dhahir al al qur’an atau dhahir hadis ahad. Dan imam malik sendiri menurut al qorafi membolehkan qiyas menjadi sandaran ijma’dan yang berhak untuk mengadakan ijma’adalah mereka yang ahli ijtihad

Al ghozali mengatakan bahwa ijma’ ulama madinah juga dianggap ijma’ oleh imam malik.[35] Dikalangan mazhab maliki, ijma’ ahlul madinah lebih di utamakan dari hadist ahad. Dikarna kan ijma’ ahlul madinah di kabarkan kepada jama’ah sedangkan hadist atau khabar ahad hanya di beritakan kepada perorangan
Ijma’ ahlul madinah ini ada beberapa tingkatan yakni [36]
1.      Kesepakatan ahl madinah yang asalnya dari naqly
2.      Amalan ahl madinah sebelum terbunuhnya khilafah ustman ibnu affan. Karna sebagaimana di ketahui bahwa ijma’ ahl madinah sebelum itu tidak pernah bertentangan dengan sunnah nabi saw
3.      Amalan ahlul madinah itu menjadi pentarjih diantar dua dalil yang saling bertentangan. Apabila ada dua tau dalil dalam masalah yang sama maka amal ahl madinah di jadikan pentarjih. Dalil yang di perkuat dengan amal ahlul madinah maka itulah yang diambil atau di jadikan hujjah menurut mazhab maliki
4.      Amalan ahlu madinah sesudah masa keutamaan yang menyaksikan amalan nabi saw. Amalan ahl yang seperti ini bukan hujjah menurut syafi’i , hanafi, hambali maupun menurut ulama maliki
Amal ahlul madinah[37]
Imam malik rahimahullah menggunakan amal ahlul madinah sebagai hujjah.sebenar nya manhaj ini bukan di pegangi oleh imam malik akan tetapi gurunya imam malik rabi’ah juga berpendapat demikian[38]
Al qodly iyadl telah menerangkan keadaan ijma’ ini. Dia berkada ijma’ ahl madinah terbagi dua yakni[39] :
Pertama di nukil atau diambil dari rasulullah saw sendiri
Hal ini juga terbagi menjadi empat bagian yakni
a.       Perintah yang dinukil dari nabi saw. Seperti azan, iqomat ,tidak menjaharkan bismillah
b.      Perbuatan yang dinukil dari nabi saw. Seperti sifat sholat
c.       Taqrir nabi yang dinukil daripadanya
d.        Perbuatan yang tidak dikerjakan nabi saw. Sepeti mengambil zakat dari sayur-sayuran
Kedua yang di ijtihadkan
6.      Khabar ahad dan qiyas
Imam malik rahimahullah tidak mengakui khabar ahad sebagai sesuatu yang dating dari nabi Muhammad saw. Jika khabar ahad ini betentangan dengan amal ahlul madinah walaupun hanya dari hasil istimbath kecuali khabar ahad itu di dukung oleh dalil dalil lain yang qod’i[40]

Imam malik tidak tetap menggunkan khabar ahad. Terkadang beliau mendahulukan qiyas daripada khabar ahad. Apabila khabar ahad itu tidak masyhur atau tidak di kenal di kalangan ahlul madinah maka ini dianggap sebagai petunjuk bahwa khabar itu tidak berasal dari nabi Muhammad saw.[41]

Imam malik mengqiaskan hukum, kepada hukum yang nashnya terdapat dalam al qur’an dan sunnah. Dalam muwathatah’ nya imam malik bahkan mengiaskan hukum kepada fatwa-fatwa sahabat. Sebagian qiyas di sisi imam malik terkadang posisinya hampir mengalahkan yang zhanni. Karna qiyas-qiyas itu di perkuat dengan qoidah-qoidah yang umum.qiyas yang seperti inilah yang di dahulukan atas khabar ahad

7.      Ihtihsan
Ulama malikiah menghindari penggunaan qiyas secara berlebihan . dharurat dan uruf dapat menghalangi kita untuk menggunakan qiyas, maka yang kita pakai itulah yang di sebut dengan ihtihsan[42]

Ibnu al farabi salah seorang ulama maliki memberikan komentar. Bahwa ihtihsan menurut mazhab maliki bukan berarti meninggalkan dalil dan menetapkan hukum berdasarkan ra’yu semata . melaikan berpindah dari satu dalil ke dalil yang lebih kuat yang kandungannya berbeda dari dalil lain yan di tinggalkan tersebut [43]

Akan tetapi bertolak belakang dengan imam syafi’I yang menolak ihtihsan dalam kitab al umm. Karna itu imam syafi’I mengatakan bahwa “barangsiapa ynag menggunkan ihtihsan sebgaai dasar hukum, maka berarti ia telah membuat syari’at batu akan tetapi syafi’I hanya menolak ihtihsan yang tidak ada dasarnya sama sekali[44].

8.      Istishab
imam malik menggunakan istishab sebagai landasan dalam menetapkan hukum. istishab adalah sesuatu ketentuan hukum untuk masa sekarang dan masa mendang, berdasarkan ketentuan hukum yang telah lampau. Misalnya seperti seseroang berwudhu yang dikuatkan dengan dia selesai sholat shubuh kemudian datang keraguan bahwa dia sudah batal taukah belum maka hukum yang ada padanya adalah belum batal wudhunya

9.      Al-Mashlahah Al-Mursalah
           Al-Mashlahah Al-Mursalah adalah mashlahah yang tidak ada ketentuannya, baik secara tersurat atau sama sekali tidak disinggung oleh nash. Dengan demikian, maka mashlahah mursalah itu kembali kepada memelihara tujuan syari’at diturunkan[45]. Imam Malik menggunakan mashlahah mursalah dengan mempertimbangkan kemudharatannya. Bila mashlahah tersebut tidak bertentangan dengan syari’ah, maka boleh dilakukan. Dan bila mashlahah tersebut bertentangan dengan syari’ah, maka tidak boleh dilakukan. Dengan ini, syari’ah bersifat fleksibel terhadap perkembangan zaman.

10.  Dzara’i
Secara etimologis, dzari’ah berarti sarana. Menurut Imam Malik, semua jalan atau sebab yang menuju kepada yang haram atau terlarang, hukumnya haram atu terlarang. Dan semua jalan sebab yang menuju kepada yang halal, halal pula hukumnya [46]. Perkara ini adalah dampak perbuatannya bukan masalah niat. Misalnya, berhaji itu wajib, maka perjalanan menuju kota suci juga wajib.

Setiap urusan yang kita hadapi terbagi kepada dua yakni maqosid dan wasil.maqosid adalah pekerjaan yang menghasilkan maslahat sedangkan wasil adalah jalan nya untuk mencapai maqosid tersebut[47]

11.    Kebiasaan dan Urf
Uruf ialah sebuah urusan yang di sepakati oleh sekelompok manusia dalam perkembangan hidupnya[48]
Sedangkan adat adalah pekerjaan yang berulang-ulang dilakukan oleh sekelompok orang atau individu[49]

Suatu kelompok apabila biasa mengerjakan seseuatu menjadi uruflah bagi mereka. Sebenarnya uruf dan adat satu makna. Golongan mailikiah akan meninggalkan qiyas apa bila bertentangan dengan uruf. Golongan malikiah mengtaksiskan yang umum dan memuqoyyidkan yang mutlak dengan uruf. Dan menurut ibnu hajar ashqollani menyebutkan bahwa uruf bisa menjadi landasaan hukum atau diamalkan bila tidak bertentangan dengan nash.[50]

Ulama malikiah memabagi adat menjadi 3 bahagian
Pertama uruf yang diambil oleh semua ulama yakni uruf yang di tunjuki nash
Kedua uruf yang jika kita ambil berarti kita mengambil seseuatu yang dilarnag hukum syara’(uruf ini tidak ada harga nya)
Ketiga uruf yang tidak di larang syara’ yang tidak di anjurkan untuk mengamalkan nya




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Akhirnya dari pemaparan di atas dapatlah kami simpulkan bahwa imam malik rahimahullah adalah imam mazhab maliki yang memiliki kekhasan dalam itibath dan menetapkan hukum. Kehidupan beliau yang tinggal dimadinah juga memperngaruhi hasil-hasil istimbat hukum yang lahir dari pemikiran nya.
Secara garis besar imam malik beristibat kepada
a.       Al qur’an al karim
b.      Sunnah yang beliau anggap sah
c.       Ijma’ ulama madinah
d.      Qiyas
e.       Istihsan(maslahat mursalah)
Tidak jauh dengan imam-imam mazhab yang lain imam malik juga di pengaruhi tempat tinggalnya dalam menetapkan hukum.
Mudah-mudahan dari pemaparan ditas kita dapat mengambil ibrah yang berharga dari kehidupan imam malik bin anas. Yang sangat memuliakan sahabat dan tempat dimana habibina musthafa hidup. Kehati-hatian nya dalam menilai hadist dan menetapkan hukum sudah sangat layak bagi kita di contoh. Semoga Allah jalla wa’ala merahmati al-imam anas bin malik menerangi kuburnya dengan nurNya dan menempatkan beliau di tempat yang terbaik
Akhirnya. Inilah yang dapat kami tuliskan mudah-mudahan bermanfa’at kami meyakini bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna. Kami sangat mengharapkan kritik saran yang membangun dari sahabat-sahabat semuanya khususnya hafizahullah bapak wawan gunawan.
Assalamualaikum wr.wb
DAFTAR PUSTAKA
Prof.T.M.hasby ash shiddieqy.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab dalam membina hukum islam.bulan bintang.jakarta.1973
DR.huzaimah tahido yanggo.pengantar perbandingan mazhab.logos.jakarta.1997
M.ali hasan. Perbandingan mazhab.raja grafindo persada.jakarta.1995
D.A.sati paqih, Lc. Jejak Hidup dan Keteladanan Imam 4 mazhab, Yogyakarta : Kana Media. 2014 hlm 84






[1]Dr. Huzaemah Tahido Yanggo.Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos Wacana Ilmu. 1997 hlm. 102-103
[2]D.A. Paih Sati, Lc. Jejak Hidup dan Keteladanan Imam 4 mazhab, Yogyakarta : Kana Media. 2014 hlm 84
[3]DR. Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, hlm. 104
[4]Ibid. Hlm. 117
[5]Ibid. Hlm. 117-118
[6]Ibid. Hlm 118
[7]D.A. Pakih Sati, Lc, Jejak Hidup dan Keteladanan Imam 4 Mazhab, hlm. 127
[8]Ibid. Hlm. 117
[9]Ibid.Hlm. 118
[10]Ibid. Hlm. 119

[11]Ibid. Hlm. 119-120
[12]Ibid. Hlm. 120
[13]  Ali hasan.pengantar perbandingan mazhab.raja grafindo persada..jakarta.1995.hlm 196
[14] Ali hasan.pengantar perbandingan mazhab.raja grafindo persada..jakarta.1995.hlm 196
[15] ibid
[16] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 171
[17] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 172
[18] ibid
[19] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 176
[20] ibid
[21] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 176
[22]  Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 187
[23] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 189
[24] ibid
[25] Yanggo.tahido.khuzaimah.pengantar perbandungan mazhab.logos.jakarta.1997.hlm106
[26] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 192
[27] Yanggo.tahido.khuzaimah.pengantar perbandungan mazhab.logos.jakarta.1997.hlm108
[28] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 193
[29] ibid
[30] ibid
[31] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 195
[32] ibid
[33] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 196
[34] Yanggo.tahido.khuzaimah.pengantar perbandungan mazhab.logos.jakarta.1997.hlm106
[35] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 197
[36] Yanggo.tahido.khuzaimah.pengantar perbandungan mazhab.logos.jakarta.1997.hlm 107
[37] Dalam dua buku yang berbeda yang dikarang hasby ash siddieqy yang mengatakan bahwa pembahasan ijma berbeda amal ahlul madinah dan khuzaimah tahido yangdo menggabungkan pembahasan ijma’ dengan amal ahlul madinah sehingga kami penyusun mencoba menuliskan kedua nya . sehingga dapat di pahami bahwa imam malik memakai dua ijma’ ummat yang dilakukan oleh ahlul hally wal aqdi dan ijma’ ahlul madinah sebagai mana yang di jelasakan dalam buku hasby as siddqy halaman 197 yang di nukil dari kitab at tanqih karangan al qorafi
[38] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 198
[39] ibid
[40] Yanggo.tahido.khuzaimah.pengantar perbandungan mazhab.logos.jakarta.1997.hlm 108
[41] Ibid

[42] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 202
[43] Yanggo.tahido.khuzaimah.pengantar perbandungan mazhab.logos.jakarta.1997.hlm 110
[44] Ibid

[45] Yanggo.tahido.khuzaimah.pengantar perbandungan mazhab.logos.jakarta.1997.hlm 111
[46] ibid
[47] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 211
[48] Ash. siddieqy.hasbi.pokok-pokok pegangan imam-imam mazhab.bulan bintang.jakarta.1973.hlm 216
[49] ibid
[50] ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar