Rabu, 01 April 2015

Kisah Hasan dan Husain (Cucu Nabi Muhammad)

1.       Khitanan al-Hasan dan al-Husain
                Khitan dilakukan dengan memotong kulup, kulit yang menutupi ujung zakar. Ummul mukminin Aisyah menuturkan. “Rasulullah mengkhitan al-Hasan dan al-Husain pada hari ketujuh setelah kelahiran keduannya.” (Al-Badrul Munir VIII/751)
                Khitan sendiri termasuk sunnah fitrah, yaitu kebiasaan para Nabi dan Rasul terdahulu yang bersuaian dengan syariat Islam. Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah bersabda :
“Ada lima hal yang termasuk fitrah; berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Muslim no. 257)

2.       Bangunan Rumah
Al-Hasan dan al-Husain tinggal dirumah yang beratapkan pelepah kurma. Dindingnya terbuat dari bebatuan yang disusun dan direkatkan dengan tanah liat. Seperti itu pulalah bangunan fisik rumah para Sahabat pada umumnya. Atap rumah mereka tidak tinggi menjulang, seperti yang dituturkan oleh al-Hasan al-Bashar: “Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, aku pernah memasuki rumah istri-istri Nabi; dan dengan kedua tanganku ini, aku bisa meraih bagian atapnya.” (Thabaqat Ibnu Sa’ad (I/501)
                Seperti itulah kondisi fisik rumah mereka, sederhana dan sempit. Namun demikian, rumah-rumah tersebut terasa mewah dengan ketaatan dan keimanan. Ia terasa luas karena dihidupkan dengan al-Qur’an, penuh dengan ibadah dan zikir sepanjang hari.
3.       Peralatan Rumah
Di sudut di dalam rumah, di sana terdapat penggilingan gandum. Fathimah menggunakan alat tersebut menggiling gandum, hingga kedua telapak tangannya kapalan. Ia sempat mengeluhkan kondisi sulit itu kepada ayahnya.
Kisahnya tersebut dapat di baca dalam Shahibul Bukhari. Ali bin Abu Thalib menuturkan; suatu hari Fathimah menemui Rasulullah, dia ingin mengeluhkan kapalan di tangannya karena terlalu sering menggiling gandum. Sebelumnya , Fathimah mendengar bahwa ayahnya mendapat seorang budak-tawanan perang. Namun sayang, ketika itu Rasulullah tidak sedang di rumah; maka, Fathimah menyampaikan keluhannya itu kepada Aisyah. Setelah Rasulullah pulang, Aisyah pun memberitahukan hal tersebut kepada Rasulullah.
Rasulullah lantas menemui kami; saat itu kami sudah berada di atas pembaringan. Mendengar kedatangan beliau, kami bergegas hendak bangun, namun beliau berkata: “Tetaplah di tempat kalian!” beliau kemudian duduk di antara aku dan Fathimah, hingga dinginnya kedua kaki beliau terasa di perutku.

“Maukah aku tunjukan kepada kalian sesuatu yang lebih baik dari pada yang kalian minta?” tanya beliau. “jika kalian berdua hendak tidur di malam hari, bacalah tasbih (subhanallah) tiga puluh kali, tahmid (alhamdulillah) tiga puluh kali, dan takbir (Allahuakbar) tiga puluh kali. Amalan itu lebih baik bagi kalian berdua dari pada seorang pelayan yang kalian minta. “(HR. AL-BUKHARI no.4942)

1 komentar: