Adapun bentuk yang menyimpang dari pola tradisional banyak
macamnya. Noer Tugiman menyebut 12 macam, yakni :
1.
Carmen figuratum, yakni
puisi yang baitnya disusun menyerupai suatu benda, misalnya, corong, altar,
biola, dan mesin tik.
2.
Calligramme (kaligram),
yaitu pola puisi seperti carmen figuratum tetapi bentuknya lebih rumit lagi
karena kata-kata dalam puisi tersebut tidak selalu tersusun secara horisontal.
Kata-kata dalam puisi ini disusun mengikuti bentuk benda yang ingin di kemukakan.
3.
Palindromon, yaitu puisi
yang di dalamnya terdapat kata atau lirik yang dapat di baca dari depan dan
dari belakang tanpa perubahan arti.
4.
Onomatope, yaitu puisi yang
di bentuk berdasarkan imitasi atau tiruan bunyi.
5.
Cento (sento), yaitu puisi
yang terjadi akibat penggabungan bagian-bagian sejumlah puisi baik dari seorang
penyair maupun dari beberapa penyair.
6.
Letrisme, yaitu puisi yang
dicipta dengan dasar pikiran bahwa huruf mempunyai hidup sendiri, kepribadian
sendiri. Melalui huruf tidak ada pikiran atau perasaan manusia yang tidak
terungkapkan.
7.
Acrostichon, yaitu puisi
yang huruf awal bait-baitnya merupakan suatu nama atau pribahasa.
8.
Puisi rhopalis, yaitu puisi
yang kata-kata dalam suatu baris jumlah suku katanya satu lebihnya dari kata
yang mendahuluinya.
9.
Puisi konkret, yaitu puisi
yang tidak mementingkan kalimat. Titik berat puisi ini pada kata, dan itupun
merupakan bagian dari suatu kesatuan grafis-tipografis.
10.
Puisi omong-kosong
(abstrak) yaitu puisi yang dicipta oleh penyairnya dengan tujuan utama untuk
kelucuan, kejenakaan, atau humor.
11.
Puisi parodi, yaitu puisi
yang mengandung olok-olok, kelakar, atau ejekan.
12.
Puisi makaroni, yaitu puisi
absurd dengan memakai kata-kata kurang sopan untuk membicarakan hal-hal yang
serius dan dengan menggunakan lebih dari satu bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar