Pengalaman
pendidikan dan pekerjaannya
Sebagai
seorang yang berkultur santri dan priayi, Tjokroaminoto mendapat pendidikan
keislaman dan pendidikan model barat. Suasana keislaman mewarnainya semenjak
kecil dalam lingkungan keluarga. Sedangkan fasilitas pendidikan Belanda
diperolehnya karena ia adalah anak keturunan wedana dan bupati. Namun,
sebagaimana biasa dialami anak cerdas, Tjokroaminoto dikenal sebagai anak yang
nakal, sehingga ia sering berpindah sekolah karena dikeluarkan dari sekolah
satu ke sekolah yang lain. Berkat kecemerlangan daya pikirnyalah, akhirnya ia
dapat lulus dengan baik dan bahkan kemudia dapat diterima di OSVIA (Opleiding
School Voor Inlandsce Ambtenaren), sebuah sekolah untuk calon pegawai bumi
putera di Magelang.
Dalam
tahun 1902, Tjokroaminoto lulus dari sekolah O.S.V.I.A. dengan ijazah sekolah
ini, ia dapat bekerja sebagai pegawai pamong-praja yaitu sebagai jurutulis di
kepatihan Ngawi. Semangat kerakyatannya, membuat ia tidak betah menjadi
birokrat. Hanya dalam tiga tahun (1902-1905) ia menjadi jurutulis. Lantas
ditinggalkanya pekerjaan itu dan pergi ke Surabaya.
Tjokroaminoto
kemudian bekerja dalam suatu perusahaan yang bernama Firma Cooy dan Co di
Surabaya. Selain bekerja di pertusahaan itu, Tjokroaminoto juga ikut kursus permesinan
pada malam hari di Burgelijke Avendschool Afdeeking Wertuigkundige. Setelah
menamatkan kursus malam itu, Tjokroaminoto pindah kerja menjadi jurumesin
(leerning mechinist) dan kemudian menjadi ahli kimia (chamicher) di pabrik gula
Rogojampi Surabaya.
Diantara
banyak pekerjaan yang menjadi kegemarannya, beliau adalah pekerjaan
karang-mengarang (jurnalistik). Tjokroaminoto memasukkan tulisan-tulisan dalam
berbagai surat kabar Indonesia serta menjadi pembantu sebuah surat kabar di
Surabaya (1907-1910). Melalui surat kabar, beliau mengemukakan
pendapat-pendapatnya mengenai kedaan bangsanya yang sengsara akibat penjajahan
dan eksploitasi kaum pemodal asing. Dari sinilah ia lebih dikenal sebagai calon
pemimpin yang menyuarakan kepentingan rakyat banyak.
Setelah
terbentuknya Sarekat Islam cabang Surabaya, ia sekali lagi berhenti dari
pekerjaannya di pabrik gula tersebut. Ia kemudian menjadi pemimpin pergerakan
ynag sukses. Ia mendharma-baktikan seluruh waktunya untuk Sarekat Islam,
sehingga tidak bekerja di tempat lain, seluruh hidupnya hanya diperuntukan bagi
pergerakan. Nafkah yang diperoleh Tjokroaminoto hanyalah melalui sepak
terjangnya sebagai ketua Sarekat Islam dan mengusahakan sebuah koperasi yang di
beri nama “Setia Oesaha”. Dialah orang yang pertama kali berkarir sebagai ahli
politik yang profesional, dalam arti ia secara serius mengurusi politik dan
menjadikan politik sebagai profesi bagi dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar