Senin, 20 April 2015

Pengalaman pendidikan dan pekerjaan HOS Tjokroaminoto



Pengalaman pendidikan dan pekerjaannya

                Sebagai seorang yang berkultur santri dan priayi, Tjokroaminoto mendapat pendidikan keislaman dan pendidikan model barat. Suasana keislaman mewarnainya semenjak kecil dalam lingkungan keluarga. Sedangkan fasilitas pendidikan Belanda diperolehnya karena ia adalah anak keturunan wedana dan bupati. Namun, sebagaimana biasa dialami anak cerdas, Tjokroaminoto dikenal sebagai anak yang nakal, sehingga ia sering berpindah sekolah karena dikeluarkan dari sekolah satu ke sekolah yang lain. Berkat kecemerlangan daya pikirnyalah, akhirnya ia dapat lulus dengan baik dan bahkan kemudia dapat diterima di OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsce Ambtenaren), sebuah sekolah untuk calon pegawai bumi putera di Magelang.
                Dalam tahun 1902, Tjokroaminoto lulus dari sekolah O.S.V.I.A. dengan ijazah sekolah ini, ia dapat bekerja sebagai pegawai pamong-praja yaitu sebagai jurutulis di kepatihan Ngawi. Semangat kerakyatannya, membuat ia tidak betah menjadi birokrat. Hanya dalam tiga tahun (1902-1905) ia menjadi jurutulis. Lantas ditinggalkanya pekerjaan itu dan pergi ke Surabaya.
                Tjokroaminoto kemudian bekerja dalam suatu perusahaan yang bernama Firma Cooy dan Co di Surabaya. Selain bekerja di pertusahaan itu, Tjokroaminoto juga ikut kursus permesinan pada malam hari di Burgelijke Avendschool Afdeeking Wertuigkundige. Setelah menamatkan kursus malam itu, Tjokroaminoto pindah kerja menjadi jurumesin (leerning mechinist) dan kemudian menjadi ahli kimia (chamicher) di pabrik gula Rogojampi Surabaya.
                Diantara banyak pekerjaan yang menjadi kegemarannya, beliau adalah pekerjaan karang-mengarang (jurnalistik). Tjokroaminoto memasukkan tulisan-tulisan dalam berbagai surat kabar Indonesia serta menjadi pembantu sebuah surat kabar di Surabaya (1907-1910). Melalui surat kabar, beliau mengemukakan pendapat-pendapatnya mengenai kedaan bangsanya yang sengsara akibat penjajahan dan eksploitasi kaum pemodal asing. Dari sinilah ia lebih dikenal sebagai calon pemimpin yang menyuarakan kepentingan rakyat banyak.
                Setelah terbentuknya Sarekat Islam cabang Surabaya, ia sekali lagi berhenti dari pekerjaannya di pabrik gula tersebut. Ia kemudian menjadi pemimpin pergerakan ynag sukses. Ia mendharma-baktikan seluruh waktunya untuk Sarekat Islam, sehingga tidak bekerja di tempat lain, seluruh hidupnya hanya diperuntukan bagi pergerakan. Nafkah yang diperoleh Tjokroaminoto hanyalah melalui sepak terjangnya sebagai ketua Sarekat Islam dan mengusahakan sebuah koperasi yang di beri nama “Setia Oesaha”. Dialah orang yang pertama kali berkarir sebagai ahli politik yang profesional, dalam arti ia secara serius mengurusi politik dan menjadikan politik sebagai profesi bagi dirinya.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar