Dalam
interaksi edukatif yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan.
Guru dan anak didiklah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan itu
disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai
edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan
layanan yang terbaik kepada anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang
menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik
dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah
yang harmonis antara guru dengan anak didik.
Ketika
interaksi edukatif itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan
berbuat dan mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala
yang menjadi penghambat jalannya proses interaksi edukatif, baik yang
berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak
didik, harus dihilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan
interaksi edukatif lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam
mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana,
bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak
didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai
pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi
pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru
yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik
lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang
sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak
didiknya sebagai makhluk individual dengan segala perbedaannya, sehingga mudah
melakukan pendekatan dalam pengajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar