Senin, 06 April 2015

Kisah Nabi Muhammad SAW dengan Zair ibn Haram


                Zahir sedang berada di pasar Madinah ketika tiba-tiba seorang memeluknya kuat-kuat dari belakang. Tentu saja Zahir terkejut dan berusaha melepaskan diri, katanya : “lepaskan aku ! siapa ini?”
                Orang yang memeluknya tidak melepaskanya justru berteriak :”siapa yang mau membeli budak saya ini?”. Begitu mendengar suaranya, Zair pun sadar siapa orang yang mengejutkannya itu. ia pun malah merapatkan punggungnya ke dada orang yang memeluknya, sebelum kemudian mencium tangannya. Lalu katanya riang: “lihatlah, ya Rasulullah, ternyata saya tidak laku dijual.”
“tidak, Zair, disisi Allah hargamu sangat tinggi.” Sahut lelaki yang memeluk dan menawarkan dirinya seolah budak itu yang ternyata tidak lain adalah Rasulullah, Muhammad SAW.
                Zair ibn Haram dari suku Asyja’, adalah satu di antara sekian banyak orang dusun yang sering datang ke Madinah, sowan menghadap kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tentang Zair ni, Rasulullah pernah bersabda di hadapan sahabat-sahabatnya. “Zahir adalah orang dusun kita dan kita adalah orang-orang kota dia.”. (Kitab hadist dan kitab biografi para sahabat, Asad Al-ghaabah-nya Ibn al-Atsier)
                Nabi Muhammad SAW anda anggap epmimpin apa saja, pemimpin formalkah, pemimpin nonformalkah, pemimpin agama, pemimpin masyarakat, atau pemimpin negara, anda akan sulit membayangkannya bercanda di pasar dengan salah seorang rakyatnya seperti kisah di atas. Tapi itulah pemimpin agung, Uswah Hasanah kita Nabi Muhammad SAW. Dari kisah tersebut, anda tentu bisa merasakan betapa bahagianya Zahir ibn Haram, seorang dusun, rakyat jelata, mendapat perlakuan yang begitu istimewa dari pemimpinnya. Lalu apakah kemudian anda bisa mengukur kecintaan si rakyat itu kepada pemimpinya? Bagaimana seandainya anda seorang santri dan mendapat perlakuan demikian akrab dari kiai anda? Atau anda seorang anggota partai dan mendapat perlakuan dari ketua partai anda? Atau seandainya anda rakyat biasa dan diperlakukan demikian oleh bupati, gubernur atau bahkan presiden anda? Anda mungkin akan merasakan kebahagiaan yang tiada taranya, mungkin kebahagiaan bercampur bangga, dan pasti anda akan semakin mencintai pemimpin anda itu.
                Sekarang pengandaiannya di balik, seandainya anda kiai, ketua partai, atau bupati, gubernur bahkan presiden? Apakah anda sampai hati bercanda dengan santri atau bawahan anda seperti yang dilakukan oleh panutan agung anda, Rasulullah SAW itu?
                Boleh jadi kesuitan utama yang dialami umumnya pemimpin, ialah mempertahankan kemaunisiaannya dan pandangannya terhadap manusia yang lain. Biasanya , karena selalu di hormati sebagai pemimpin, orang pun menganggap ataukah dirinya tidak lagi sebagai manusia biasa, atau orang lain sebagai tidak begitu manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar