Senin, 27 April 2015

Pendekatan Edukatif (Resensi Buku Guru dan Anak didik)




                Apapun yang guru lakukan dan gunakan dalam pendidikan dan pengajaran bertujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain. Misalnya karena dendam, gengsi, karena ingin ditakuti, dan sebagainya.
                Seorang anak didik yang telah melakukan kesalahan, membuat keributan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya tidak tepat diberikan sanksi hukuman dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Jika dilakukan juga, maka tindakan itu adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam mendidik, guru kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi seorang guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama.
                Guru yang hanya mengajar di kelas belum dapat menjamin terbentuknya kepribadian anak didik yang berahlak mulia. Demikian juga halnya guru yang mengambil jarak dengan anak didik. Sikap guru yang tidak mau tahu masalah yang dirasakan anak didik akan menciptakan anak yang introver (tertutup). Kerawanan hubungan guru dengan anak didik kurang berjalan harmonis. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang bersalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar