Dalam kitabnya mizan al-Amal
al-Ghazali menyerukan agar mencari kebenaran melalui cara berfikir dengan nalar
yang bebas. Bukan dengan cara taqlid buta, seperti taklid kepada si fulan A dan
si fulan B.
Dalam
konteks itu Al-Ghazali berkata: “ jauhilah mengikuti mazhab secara membuta.
Tuntutlah kebenaran dengan kebebasan bernalar, agar dirimu bisa menjadi pemilik
mazhab. Dan janganlah menjadi orang yang buta bertaklid kepada seorang tokoh
yang memberikan petunjuknya kepadamu. Ketahuilah, bahwa di sekitarmu terdapat
seribu tokoh yag akan mengajakmu, dan yang akan membinasakan dan menyesatkanmu
dari jalan yang lurus !
Engkau
akan mengetahui akhir dari perbuatanmu itu yaitu menemukan kezaliman pada tokoh
(pemimpin)mu. Engkau tidak akan bisa keluar dari keadaan seperti itu, kecuali
engkau berfikir bebas (merdeka). Bila engkau tidak dapat melakukannya, paling
tidak engkau meragukan akidah yang diwariskannya, dan mencari kebenaran yang
sebenar-benarnya, itu akan lebih bermanfaat bagimu.
Demikianlah,
kita boleh meragukan (kebenaran) akidah yang dianut secara warisan. Sebab
dengan meragukannya, diharapkan masih ada usaha untuk mencapai kebenaran.
Ketahuilah, barang siapa yang
tidak meragukan sesuatu, berarti dia tidak melihat (dengan mata). Barang siapa
yang tidak melihat, maka dia tidak akan dapat melihat dengan Bashirah (mata
hati). Dan barang siapa yang tidak melihat dengan Bashirah (mata hati), maka
dia akan tetap menjadi seseorang yang buta (hati) dan sesat. (mizan al-Amal;
telaah oleh DR. Sulaiman ad-Dun-ya Cet. Cairo, hal. 409)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar