Sunan
Kalijaga mengajarkan sikap narima ing pandum yang diuraikan menjadi lima sikap,
yakni rela, narima, temen, sabar dan budi luhur.
a. Rela
Orang yang
memiliki sikap rela tidak mengharapkan keuntungan dari pekerjaannya. Ia juga
tidak mengeluh dan merasa susah. Terhadap semua cobaan seperti sengsara,
dukacita, fitnah, kehilangan harta dan sebagainya. Ia menganggapnya sebagai
lumrah. Orang rila, tidak mempunyai keinginan akan penghormatan dan pujian,
apalagi iri dengki. Orang bersih tidak mempunyai keterikatan dengan barang yang
bersifat sementara, akan tetapi bukan berarti meninggalkan kewajiban hidup.
b. Narima
Orang yang
memiliki sikap narima tidak mengharapkan hak milik orang lain dan tidak iri
dengki dengan kesenangan orang lain. Narima itu banyak pengaruhnya terhadap
ketentraman hati dan bukan berarti pemalas. Apa yang sudah terpegang disyukuri
dan tidak terlalu merisaukan apa yang belum didapat. Orang yang narima itu
untung hidupnya, dia menang dalam perubahan zaman karena ia punya pegangan
batiniah yang kuat.
c. Temen
Temen itu
bermakna setia kepada ucapanya dan memperjuangkan cita-citanya dengan
sungguh-sungguh. Orang yang tidak menepati kata-kata dan idealismenya sama
dengan membohongi diri sendiri. Sedangkan kata hati yang sudah di ucapkan
berarti kebohongan yang di saksikan oleh orang lain.
d. Sabar
Semua agama
mengajarkan kesabaran. Tuhan mencintai orang yang bersifat sabar. Sabar berarti
momot, kuat iman, luas pengetahuan dan tidak picik pandanganya. Dia bersifat
segera wasesa, yang maknanya berjiwa lapang seperti lautan luas. Kesabaran
daapat di ibaratkan jamu yang pahit sekali yang hanya kuat diminum oleh orang
yang kukuh pribadinya. Namun jika ia kuat minum jamu itu akan membuat dirinya
semakin kuat dan sehat.
e. Budi luhur
Manusia yang
berbudi luhur adalah manusia yang ideal. Budi luhur berhubungan dengan perilaku
dan sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan seperti penyayang, pengampun dan
pemurah
Kelima sifat itu sebenarnya
bersumber dari ajaran agama Islam, yakni rela dari ridha atau ikhlas, narima
dari qanaah, temen dari sifat amanah, sabar dari kata shabar, dan budi luhur
adalah akhlakul karimah. Tentang budi luhur, kata “budi” berasal dari bahasa
sanskerta yang berarti kemampuan, atau kecerdasan otak (intelectual faculty).
Salah satu ciri satria utama adalah alus ing budi. Demikian pula budi pekerti
luhur syarat untuk dikatakan sebagai manusia yang baik. Orang yang luhur ing
pambudi, adalah orang yang bijaksana. Sedangkan orang asor bebudene tidak hanya
orang bodoh belaka, akan tetapi juga berbahaya. Budi mempunyai arti yang luas
yang meliputi seluruh pribadi manusia, yang menggambarkan individualitasnya,
yang menjiwai segala aktifitasnya, sehingga menjadikan ia orang yang berbudi
atau tidak berbudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar