Senin, 07 September 2015

Macam-macam metode yang diperguanan oleh para pemikir teologi Islam


1.       Metode rasional (al-manhaj al-‘aqli), yaitu metode yang menganggap rasio sebagai alat yang dominan, sehingga teks-teks wahyu harus diterima secara rasional, dan keyakinan orang terhadap kebenaran materi akidah harus di dasarkan atas pengetahuan rasional. Untuk itu, semua hasil pemikiran rasional umat manusia bisa dipergunakan bila berdayaguna untuk memperkuat kebenaran dan menambah keyakinan. Metode ini banyak dipergunakan oleh para teolog Muktazilah dan para filsuf Islam.
2.       Metode tekstual (al-manhaj al-naqli), yaitu metode berpikir yang berpegang teguh kepada teks-teks wahyu secara harfiah, tanpa memberikan peranan kepada akal dan hasil pemikiran untuk menjamah masalah-masalah akidah, kecuali untuk sekadar sistematisasi pokok-pokok akidah tersebut. Dasar penggunaan metode ini ialah anggapan bahwa teks-teks wahyu sudah komplit menampung segala masalah akidah yang diperlukan dan mengikuti tradisi para sahabat Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Metode ini dipergunakan oleh para teolog Salafisme.
3.       Metode moderat (al-manhaj al-iqtishadi), yang bisa juga disebut sebagai metode sintese antara metode rasional dan metode tekstual, yang berusaha menerapkan metode rasional dan tekstual secara seimbang. Penggunaan metode ini di dasari oleh anggapan bahwa menekankan berpegang pada salah satunya saja akan menjurus pada sikap ekstrim, padahal akal dan nakal sama pentingnya dalam masalah akidah. Ini dipergunakan oleh para teolog Asy’arisme dan Maturidisme.
4.       Metode dialektis (al-manhaj al-jadali), yaitu metode debat untuk mempertahankan kebenaran pendapat sendiri dan mematahkan pendapat lawan, baik secara rasional (yang banyak dipergunakan) maupun tekstual. metode ini bisa juga disebut sebagai metode skolastik atau metode sintesis-deduktif dalam filsafat. Metode ini pada umumnya dipergunakan oleh para ahli kalam, sehingga karya-karya kalam semuanya berbentuk dialektis.
5.       Metode intuitis (al-manhaj al-dzawqi), yaitu metode yang dipergunakan para sufi untuk memperoleh pengetahuan (ma’rifah) yang langsung dari Tuhan, dengan menjalani hidup sebagai sufi. Setelah mengalami maqam-maqam tertentu, seorang sufi diharapkan memperoleh pengetahuan- tentang obyek-obyek keimanan- yang meyakinan yang dpancarkan Tuhan secara langsung ke dalam hati-nya, tanpa belajar atau menalar.

Hal 52-54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar